Selasa, 15 Maret 2011

survival d laut

Tenggelam dan kehilangan panas tubuh merupakan dua penyebab utama kematian di laut. Karena itu, usahakan agar kedua hal itu tidak menimpa kita. Sejak naik ke atas kapal, amati dan pelajari situasi kapal. Temukan di mana letak lifeboat (rakit penyelamat), pelampung, dan jalan atau pintu keluar darurat. Biasanya tersedia brosur atau petunjuk yang ditempelkan di beberapa tempat. Bila ABK tidak menjelaskannya, pelajari saja sendiri.

Langkah pertama
bila berhasil keluar dari kapal yang (akan) tenggelam, entah naik rakit penyelamat, memakai pelampung standar atau seadanya adalah menjauhi kapal yang akan tenggelam. Sebab, kapal yang sedang tenggelam akan menimbulkan pusaran air yang bisa menyedot kita masuk ke dalamnya. Begitu kapal sudah benar-benar tenggelam, segera kembali ke posisi awal kapal karena tim SAR (Search and Rescue) biasanya akan mencari korban di titik terakhir yang terpantau. Tapi, bila terbawa arus, ikuti saja.

Langkah kedua
menghemat tenaga, terutama bila kita hanya pakai pelampung. Jaga diri setenang dan sesantai mungkin. Jangan coba-coba berenang ke suatu arah karena kita tak tahu di mana kita berada. Tenaga harus dihemat agar suhu tubuh tetap terjaga.
Berapa lama suhu tubuh menurun tergantung pada alat penyelamat (syukur kalau kita berada di rakit). Kalau terendam dengan pelampung, tergantung kondisi fisik kita masing-masing. "Beruntung" bagi orang yang gemuk karena dengan lapisan lemaknya ia lebih terlindung ketimbang si kerempeng, yang pada suhu air laut 24oC, dua jam terendam saja suhu tubuhnya sudah menurun.
"Penyerapan atau penurunan suhu tubuh di air lebih cepat 25 kali ketimbang di darat," papar instruktur selam Daniel Abimanju Carnadie.
Supaya suhu tubuh kita tetap dalam kisaran normal selama mungkin, buatlah posisi meringkuk seperti orang kedinginan bila posisi tubuh kita terendam. Kalau kita sendirian, angkat kedua paha sedekat mungkin ke dada, silangkan kedua lengan memeluk diri sendiri. Bila berhasil berkumpul dengan korban lain, buatlah lingkaran serapat mungkin sambil saling berpegangan tangan dan berpelukan agar suhu tubuh semuanya tetap hangat selama mungkin. Manfaatkan setiap benda - baju hangat, jaket kain, plastik - yang bisa teraih untuk melingkupi tubuh.
Pada siang hari tubuh perlu dilindungi dari sengatan sinar Matahari dan proses dehidrasi (hilangnya cairan tubuh). Sedapat mungkin gunakan tutup kepala. Sebab, 40% penguapan air tubuh lewat kepala dan leher. Tindakan itu juga menjaga kondisi luar tubuh (kulit) agar tak mengalami ruam. Bila kulit sempat tergores dan terluka, usahakan perdarahan dihentikan secepat mungkin. Kondisi kulit memburuk cepat atau tidak tergantung pada kondisi tubuh masing-masing.
Jangan minum air laut
Beruntung kalau kita berhasil naik rakit penyelamat seperti Sigit Haryanto dkk. Sebab, rakit semacam itu biasanya dilengkapi air minum dan makanan serta survival kit (baca boks "Peralatan Keselamatan"). Untuk menghemat makanan dan minuman, Sigit dkk. melakukan penjatahan. Tapi ada juga cara lain, penumpang diminta berpuasa pada hari pertama, karena tubuh masih punya cadangan air dan energi dari makanan dan minuman terakhir. Bila mulai sakit kepala (salah satu tanda mulai kekurangan air tubuh), minumlah. Dengan pengaturan ini, cadangan makanan dan minuman bisa dihemat lebih lama hingga ditemukan tim penyelamat. Usahakan pula hanya mengonsumsi karbohidrat macam kue, karena proses pencernaannya hanya perlu sedikit air. Hindari mengonsumsi protein seperti ikan, karena perlu banyak air hingga cadangan air tubuh akan cepat terkuras. Kalaupun terpaksa dikonsumsi, cukuplah dihisap atau diemut, lalu sepahnya dibuang.

Bila terapung tanpa bekal air minum dan makanan sama sekali, hal utama yang harus dilakukan ialah menghemat tenaga serta menjaga suhu tubuh tetap hangat selama mungkin. Bila turun hujan, tampunglah di tangan, topi, atau wadah lain yang sempat terbawa. Dengan cara ini, sejumlah korban ditemukan selamat setelah terapung lebih dari 11 hari. Jangan minum air laut karena organ tubuh kita, terutama ginjal, tak bisa mengolah air berkadar garam tinggi. Bila ginjal rusak, akan mempercepat kematian.
Kalau menemukan benda, entah tumbuhan atau apa pun, keputusan untuk memakan atau tidak tergantung naluri. Ganggang, misalnya, cobalah gigit sedikit. Bila tubuh tak menolak, makanlah. Jika ragu-ragu, tinggalkan saja. Itu soal sugesti. Ada korban yang memakan uang kertas, kardus, kayu yang ditemukan toh tidak apa-apa. Tapi perlu diingat, salah satu faktor terpenting korban bisa bertahan hidup dan selamat dalam kondisi terburuk yaitu adanya semangat untuk terus bertahan hi-dup dan selamat seperti Sumarna.

Anda takut diserang hiu atau binatang laut lainnya?
Tak perlu khawatir. Sebenarnya, mereka tidak pernah menyerang kita karena manusia bukan mangsanya. Mereka baru menyerang kalau merasa terganggu. Memang pernah ada kasus, peselancar diserang hiu karena siluet papan selancar dengan tungkai atau lengan peselancar mirip dengan siluet anjing laut. Tapi begitu digigit, peselancar itu dimuntahkan lagi. Makanya, hindari posisi atau perilaku tubuh yang tegang bergerak-gerak mirip hewan laut sedang terluka yang menjadi mangsa hiu atau hewan laut lainnya.
Selain itu, untuk menghindari salah serang, lepaskan dari tubuh Anda benda-benda logam - rantai arloji, kalung, dsb. - yang bisa memantulkan sinar Matahari hingga mirip sisik ikan mangsanya hiu. Masukkan saja ke saku, karena benda-benda itu bisa kita gunakan sebagai pemantul isyarat pada tim SAR atau kapal lain yang kebetulan lewat.
Begitu kita ditemukan oleh tim SAR atau penolong lain, bertindaklah layaknya orang mau berbuka puasa. Jangan "balas dendam", mentang-mentang sudah berhari-hari tidak makan dan minum. Kon-sumsilah sedikit demi sedikit dan perlahan-lahan. Organ tubuh yang sudah lama beristirahat akan terkejut bila mendadak dipasok banyak. Bukan tak mungkin itu justru berujung kematian seperti yang terjadi pada sejumlah korban.
Sekali lagi, agar bisa bertahan hidup dan selamat, tetaplah tenang, bersemangat, dan tak lupa berdoa.

Pendakian Everest 4


Penyerbuan Puncak Everest

Misirin berjalan maju pelan tanpa pertolongan. Asmujiono bergerak mantap, tapi seperti orang yang sedang bermeditasi. Juga Iwan berjalan pelan, dari dia bisa dilihat kemampuan koordinasinya berkurang, tapi mentalnya masih kuat.
Misirin menunjukkan dari semuanya yang paling mantap, karena itu kami memberikan dia kesempatan untuk orang yang pertama mencapai puncak. MTekad dari orang tiga ini tidak terpecahkan, kesempatan mencapai puncak, tidak mau mereka sia-siakan.
Terpikir diotak saya, biar satu orang saja yang muncak, yang lainnya turun. Ah...! nanti saja saya pikirkan, kalau kami sudah melalui Hillary Step. Dan tiba-tiba saya merasakan Asmujiono konsentrasinya mulai berkurang, dan saya katakan kepada Dr. Vinogradski untuk mengamati Asmujiono. Bashkirov dan Misirin jalan paling depan, setelah itu Iwan dan saya, Asmujiono dan Dr. Vinogradski terakhir dibelakang.

Punggungan gunung hari ini tampaknya lain dari biasanya, lebih terjal dengan salju yang tebal sekali. Iwan bisa maju dengan perlahan. Dan disatu tempat badannya oleng, disaat yang kritis berhasil selamat dengan tali pengaman. Ketika saya sedang memperlihatkan kepadanya bagaimana cara orang menggunakan Linggis Es (Eis Pickels) di punggung gunung secara benar, disini jelas sekali terlihat, saya berhadapan dengan orang yang pertama kali dalam hidupnya, yang melihat salju baru sejak 4 bulan yang lalu. Sebenarnya melalui jalur punggung gunung ini, dengan hanya menggunakan tali pengaman, sudah cukup, hal ini sudah saya perhitungkan sebelumnya, jadi tidak perlu menggunakan Linggis Es. Tapi sekarang saya harus mengajarkan menggunakan itu ke anak muda yang sabar dan bertekad bulat ini. Saya bertanya kembali kediri saya sendiri " Apa artinya semua ini, bagi orang Indonesia?". Sebagai seorang olahragawan, saya tidak akan mempertaruhkan nyawa, hanya sekedar untuk sampai ke puncak, tapi serdadu ini, yang prinsipnya lain dari yang lain, mempertaruhkan nyawa mereka untuk keberhasilan ekspedisi ini.

Setelah Iwan berjuang melalui punggungan gunung, dimana di situasi ini saya harus terus mengamati, kami mendaki terus perlahan dan saya sampai di kaki Hillary Step. Disini saya ketemu satu jenazah ( Jenazah Bruce Harrods, yang hilang pada th.1996, anggota Johannesburg Sunday Times Expedition Afrika Selatan). Dia tergeletak dengan tubuhnya di lilit tali disana, Besi cengkram sepatu es nya (Crampon) di keadaan posisi mau naik, dan mukanya sudah tidak dikenal lagi. Cuaca disini memang berat, saya mengenali dia hanya dari jaket biru bulu angsa yang dipakainya. Saya dan semua di tim kami sangat menyesal tidak bisa berbuat banyak dengan jenazah ini, karena keadaan yang tidak memungkinkan, respek kami besar dalam hal ini. Dan juga tugas pokok saya sebenarnya, menjaga lampu kehidupan orang Indonesia yang sudah mulai berkerlap-kerlip ini, dan juga situasi kami juga lain dari tidak berbahaya.
Saya sampai di ujung Hillary Step, selagi Iwan dan Asmujiono dibelakang saya melewati punggung gunung. Disitu saya berdiskusi dengan Bashkirov, dimana kami harus memutuskan apakah hanya Misirin sendiri yang terus mendaki sampai di puncak, dan yang lainnya turun. Apa dan Dawa sudah terus mendaki didepan menuju puncak., Asmujiono sedang berusaha melewati Hillary Step, Vinogradski nampak di belakang. Dia berusaha meyakinkan Iwan untuk turun, tapi dia tidak mau, bisa dilihat bagaimana Iwan berjuang pantang mundur terus mendaki keatas melalui Hillary Step. Tidak satupun dari orang Indonesia ini bersedia untuk menyerah.

Saya merasa khawatir dengan persediaan tenaga mereka, karena saya memikirkan mereka untuk turun nanti, karena nanti mereka juga memerlukan tenaga mereka sendiri. Walaupun hanya sampai ke puncak tinggal lebih dari 100m, demi keselamatan, saya bilang ke Iwan dan Asmujiono dan menasehatkan mereka untuk berbalik, dan turun. Mereka menolak mentah-mentah!!
Sebab itu kami semua terus saja naik menuju puncak. Saya menyusul kedepan sampai 30m dari puncak, disana saya menemui Apa dan Darwa dan membicarakan soal keadaan Iwan dan Asmujiono, yang sudah berjalan seperti Robot, tapi konsentrasi penuh kearah puncak. Saya ingin mereka turun, selagi mereka masih kuat dan sanggup. Mungkin sekali kami nanti menggunakan Camp yang di ketinggian 8500m. Saya ingin secepat mungkin turun dari puncak, karena sekarang sudah pukul 15:00 jadi sudah sangat kemalaman. Cuaca masih stabil, tapi sudah mulai kelihatan awan putih halus mengambang di sisi Selatan. Karena saya lihat pendaki Indonesia setiap satu langkah satu menit istirahat, pasti mereka masih memerlukan waktu setengah jam sampai puncak.
[foto, Asmujiono di Puncak Everest]
Ketika saya sampai di puncak yang disusul Misirin dan Bashkirov dengan jarak 30 m dibelakang saya, saya melihat Misirin jatuh diatas salju. Dan tiba-tiba muncul Asmujiono dan melewati Misirin yang masih tergeletak diatas salju. Dengan pandangan matanya yang selalu tertancap ke puncak Everest, dia berlari kecil seperti dibawah sadar dan gaya "Slow Motion" menuju tiang berkaki tiga yang penuh dengan bendera yang tanda sebagai puncak Everest itu, dan dia langsung memeluknya.
Dia menyingkirkan semua apa yang ada kepalanya, dan langsung memakai Baret Merah keatas kepalanya, dia terus mengambil bendera dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di puncak Everest. Ketakjuban saya seperti ini, tidak pernah saya alami.
Karena tekad laki-laki ini, membuahkan kebanggaan untuk Bangsanya.

Cukup sekarang!, sekarang juga turun semua. Saya periksa kondisi saya. I feel good dan masih ada tenaga simpanan. Juga Bashkirov dan Vinogradski masih kuat dan "Brain" mereka masih berfungsi normal. Kami masih bisa berpikir untuk mengontrol ini semua, sedang orang Indonesia lebih banyak dari spontanitas dari kebiasaan yang mereka lakukan, yang dalam hal-hal yang tertentu bisa membahayakan mereka.
Saya membikin foto Asmujiono. Sekarang sudah jam 15:30 sudah sangat terlambat (kemalaman). Bashkirov sampai di puncak. Apa yang kembali lagi ke puncak, langsung saya perintahkan untuk membangun tenda di Camp 5. Kami tinggal di puncak tidak lebih dari 10 menit. Vinogradski hanya beberapa meter dari tiang tiga kaki, ketika saya memerintahkan semuanya untuk turun. Vinogradski balik dan pergi mencari Iwan, yang berada 80m dari puncak. Dan saya pergi ke Misirin yang berada 30m dari puncak, tergeletak diatas salju, dan saya berjongkok disamping dia, dan mengatakan ke dia, kami telah sampai di puncak. Saya keheranan, ketika tiba-tiba dia berdiri dan berjalan untuk turun. Seratus meter dibawah puncak diwaktu turun, kami bertemu dengan Vinogradski dan Iwan. Memang berat hati saya memerintahkan laki-laki ini yang tinggal beberapa meter dari puncak untuk segera turun, tapi saya tetap keras demi keselamatan diri mereka sendiri, karena setiap menit sangat berharga. Kalau kami tidak berhasil turun dibawah sinar matahari, rencana yang telah disusun akan berantakan.
Kami sampai di Puncak Selatan pada jam 17:00, setelah kami bersusah payah dengan mempergunakan tali-tali bekas dan tua menyelusuri jalan turun, yang telah di pasang Apa yang di putus-putus untuk melewati punggungan gunung. Saya turun yang paling akhir, Dawa sudah menunggu di Puncak Selatan. Ketika turun dari Puncak Selatan Misirin terjatuh ber-kali-kali tapi dia berdiri kembali dan terus turun. Iwan, yang memakai tabung zat asam dari Vinogradski, tiba-tiba terlepas dari tali penyelamatnya dan menyerosot kebawah. Kalau Vinogradski tidak memegang dia dan mengikatkannya kembali di tali pengaman, jurang yang beratus meter dalamnya menganga menanti dia. Asmujiono yang bergerak lincah turun sama-sama dengan Sherpa. Saya memimpin grup ini dan berjalan di depan dengan menyalakan lampu senter dikepala saya yang saya arahkan ke jalur jalan kami.
Jam 19:30 semua Kopassus dan saya sampai di Camp 5. Bashkirov dan Vinogradski sampai satu jam lebih lambat. Sekarang hanya Kopassus yang memakai tabung zat asam. Saya melepaskan besi cengkram sepatu mereka agar mereka bisa masuk dan tidak merusak kemah, kemah yang kelihatan seperti biwak, karena tiangnya kami pendekkan. Kami disini mempunyai peralatan masak dan dua tabung zat asam yang penuh. Camp darurat seperti ini tentu tidak begitu nyaman, tapi cukup untuk melindungi kami berenam dari suhu yang sangat dingin di luar. Untungnya sekarang angin tidak ada. Dimalam ini Everest kelihatannya sangat damai dengan kami. Saya mengizinkan Apa dan Dawa pergi turun. Besok saya mau berkomunikasi kebawah.
[foto, turun ke camp II]
Sekarang mulai apa yang Bashkirov bilang secara Diplomatis " Drama di Malam Hari",
Vinogradski sepanjang malam selalu memasak air, dan selama itu juga saya dan Bashkirov bergantian menggilir zat asam untuk orang indonesia yang sudah kelelahan ini, bergantian menggilir zat asam untuk mereka, karena kami harus menghemat zat asam untuk mereka, supaya cukup malam ini. Kalau seorang dari mereka agak kelamaan menunggu pembagiannya, maka mulailah dia menjerit-jerit dan berdoa-doa. Kami bertiga bekerja sekuat tenaga hampir tanpa mengeluarka sepatah katapun malam itu.
Mentari Pagi datang, tanpa angin, dengan warna yang berwarna-warni indah sekali. Ketika kami keluar dari kemah, tampaklah panorama dari Lhotse, Makalu dan Kanchenjunga dari arah timur dan selatan, sedangkan puncak Everest sedang mencair oleh silaunya matahari pagi. Sekarang kami tinggal turun dari pendakian, keberhasilan mencapai puncak, benar-benar berhasil kalau semua selamat sampai di Base Camp.
Kami masak air yang terakhir, dan semua mendapat bagian minum air panas. Mental dari Kopassus telah pulih kembali, mereka selamat dari bahaya kebekuan. Zat asam telah habis, tapi karena kami sangat bagus beraklimatisasi dan tadi malam mereka tidur memakai tabung zat asam, sekarang kelihatan hasilnya yang positip. Ketiga orang itu bergerak pelan, tapi pokoknya mereka bergerak. Saya rasa , Apa dan Sherpa lainnya yang berada di Sadel Selatan pasti akan menyongsong dan menyambut kami. Pagi ini dunia menunjukkan sinarnya yang indah sekali ketika kami mulai turun.
Keaadan sekarang semua stabil, saya ingin sekali menyelesaikan urusan pribadi saya yang masih tetap saja, menggantungi hati saya. Diketinggian 8400m saya melihat-lihat, kalau-kalau saya ketemu sama jenazah Scot Fischer, padahal kemarin saya sudah mencoba mencarinya dengan sia-sia. Sekarang saya melihat dia, saya tidak menemuinya kemarin, karena kemarin hari sudah gelap, padahal dia tergeletak kira-kira hanya 30m dari kami. Saya harap "Misi" saya untuk Jeanie (Istri Scot) terpenuhi. Bendera yang penuh tulisan dari istri Scot dan teman-temannya, saya letakkan disana. Walaupun sebenarnya saya ingin membalutnya dengan bendera itu, tapi karena waktu yang mendesak dan juga tanggung jawab saya dengan ekspedisi yang sekarang, maka saya melakukan janji saya yang terpenting dan sangat menyedihkan ini, dengan dibantu oleh Vinogradski menguburkan Scot, yang hampir seluruh tubuhnya sudah tertutup salju. Kami menimbun Scot dengan salju dan batu-batu, dan diatasnya saya tandai dengan gagang linggis yang kami temui disekamir itu. Vinogradski dan saya sampai di Sadel Selatan tengah hari .
Misirin, Iwan dan Asmujiono ada di balkon (batu besar datar) sedang menghirup tabung zat asamnya. Disini di Sadel Selatan mereka bisa bernafas lega. Meraka Berhasil. Kami minum teh, dan menyiapkan diri untuk tidur.
Besok paginya, saya pergi meliwati Sadel menuju ke ujung tidak jauh dari tepi Kangshung, dimana tahun lalu Tragedi dimalam yang kejam saya meninggalkan Yasuko Namba disana. Saya menemui dia, sebagian tertutup salju dan es. Ranselnya sudah tidak ada, isinya berserakan disana. Saya mengambil beberapa barangnya, yang nanti akan saya serahkan untuk keluarganya. Dan setelah itu saya kubur tubuhnya yang mungil dengan batu-batuan, dan saya tandai dengan dua linggis yang saya temui disana. Disamping kesedihan yang dalam atas kehilangan teman yang menimpa diri saya, hanya itulah yang bisa sedikit saya kerjakan tanda hormat saya kepada keluarga Yasuko dan Scot. Secara kebetulan terpikir di benak saya, diwaktu Iwan, Misirin dan Asmujiono yang siap bersedia melihat maut didepan mata mereka. Juga terpikir oleh saya, famili yang kehilangan seseorang disini, bagaimana sakit dan sedihnya mereka.Tapi saya tahu, keberhasilan mencapai puncak ini, akan terus seperti umpan orang yang tidak ada pengalaman untuk mendaki gunung ini.
Misirin, Iwan, Asmujiono, Apa, Dawa, Bashkirov, Vinogradski dan saya turun gunung dan bergembira dengan keberhasilan kami. Banyak hal yang kecil atas keberhasilan kami, terutama nasib baik ada di pihak kami. Expedisi Indonesia telah selesai, tanpa meninggalkan kesedihan di hati saya.  
 Tim Indonesia Everest 1997 Jalur Selatan
Selamat buat Tim Pendakian Everest Indonesia 1997.
foto-foto: Tim Pendakian Indonesia Everest 1997 (Kopassus). 

Pendakian Everest 3

lanjutan dari Pendakian Everest 2 

Setelah 2 hari istirahat di Base Camp, pada tanggal 26 Maret kami naik lagi ke Camp 1 (6000m) dan bermalam disana, dan pada tanggal 27 Maret langsung naik ke Camp 2 (6500m). Disitu kami bermalam 2 malam dan mendaki sampai ketinggian 6800m. Dan tanggal. 29 Maret kami turun lagi ke Base camp dimana kami 3 hari beristirahat. Ditahun ini semua anggota tim dan staf semua sehat walafiat. Aklimatisasi kami yang ke 3, mulai tanggal. 1 April. Kami mendaki langsung dalam waktu 8 jam ke Camp 2, dan bermalam disana 2 malam. Tanggal. 4 April kami mendaki sampai ke ketinggian 7000m, dan kembali lagi ke Camp 2 dimana kami beristirahat esoknya. Tanggal. 6 April kami menerjang langsung sampai ke Camp 3 (7300m). Sebelumnya Sherpa kami telah memasang tali pengaman yang menuju ke Camp 3. Tanggal 7 april kami beristirahat di camp III.
 
[foto, camp III salju yg menutupi tenda].
Sekarang ada masalah yang timbul dari struktur organisasi kami ini. Sherpa tidak berada dibawah komando saya. Tugas mereka hanya menolong di pekerjaan tertentu saja. Contohnya, masang tali, membangun Camp dan transport Logistik. Pekerjaan yang harus dikerjakan sebenarnya banyak, karena kami yang pertama di depan di jalur ini, dan tidak ada pertolongan dari Sherpa, mereka semua di belakang.
Pertolongan Sherpa tidak bisa mengimbangi kami tim pendaki yang selalu bergerak menuju ketempat yang lebih tinggi. Apa (pemimpin Sherpa) juga sedih melihat orang-orang dia yang tidak cukup memadai karena kurang kemampuan dan pengalaman, yang bisa mengakibatkan
tersendatnya pendakian ini.
Saya berencana dengan tim pendaki sambil melatih aklimatisasi aktif bermalam di saddel selatan (7900m) dan sampai di ketinggian 8200m mendaki. Dan juga saya akan merencanakan di ketinggian 8500m membuka HighCamp darurat disini. Untuk berjaga-jaga kalau turun nanti, kalau terjadi perubahan cuaca, dan juga biasanya disebabkan turun yang lambat, karena itu juga waktunya juga jadi terlambat, sehingga datang topan es dll. Karena Sherpa berontak dan menolak mengerjakan ini, maka rencana saya ini batal.

Sebagai kompromi saya membantu Apa memasang tali pengaman dari Camp 3 ke Yellow Band (Gelbend Band, lereng yang berwarna kuning) di ketinggian 7500m. Tanggal 8 April kami mendaki dengan 8 pendaki sampai di lereng kuning, dan turun kembali ke Camp 3. Kami bermalam disini dan 9 April kami turun sampai ke Base camp.
Sebenarnya terlihat sekarang perbedaan kondisi dan prestasi dari setiap pendaki, dimana ketinggian dan beratnya lapangan yang menyeleksi mereka sendiri secara alami. Dimana pendaki dari orang sipil motivasi mereka kurang dan tidak begitu berkonsentrasi dengan tujuan mereka dibandingkan dengan anggota Kopassus, dimana 3 dari anggota Kopassus ini walaupun dengan kekurangan mereka dengan pengalaman, sebagai calon yang terkuat untuk menyerbu puncak nanti.
Mereka ini bergerak dengan enteng dan tahan dengan ketinggian tanpa masalah. Dan ambisi mereka untuk sampai ke puncak tidak pernah padam. Diwaktu kami turun, saya melihat prestasi yang mengendor dari para pendaki, kecuali 3 orang Kopassus ini, melaksanakan turun gunung dari Camp 3 sampai ke Base camp tanpa kesulitan. Ketiga orang ini; Sersan Misirin 31th, Prajurit Asmujiono 25 th, Letnan Iwan Setiawan 29th.
Untuk menyerbu ke puncak nanti, saya akan membagi menjadi 3 grup, grup saya, Bashkirov, Vinogradski dengan setiap grup 1 orang pendaki Kopassus dan 1 Sherpa, dan juga Sherpa yang lainnya yang kuat dan sehat harus mendukung penyerbuan ini juga.
Pada tanggal. 9 April kami kembali ke Base Camp, dimana saya yakin sebelum penyerbuan ke puncak, istirahat di daerah yang rendah, sangat positiv bagi tim pendaki, karena itu saya suruh anggota tim untuk turun beristirahat selama satu minggu di perkampungan hutan Deboche (3770m).
Tidak ada yang lebih baik untuk tubuh dan jiwa manusia beristirahat di hutan yang lebat hijau dan kaya zat asam. Disini kami bisa menghindari dari kegiatan rutin yang selalu kami lihat di Base camp, sebab setelah 3 minggu latihan berat di atas es dan daerah yang menjemukan, maka tubuh dan jiwa tentu menjerit ingin rilek.
Perwira penghubung militer kami Kapten Rochadi saya tekankan bahwa kami membutuhkan di Camp 5 dua tenda, sepuluh botol zat asam, sleeping bag dan alas tidur. Saya harap dia dalam 7 hari selama kami tidak ada dengan Apa dan Sherpanya mentransport itu semua.
Pada tanggal 21 April tim datang ke Base Camp dari Deboche, dimana kami melakukan upacara dan berdoa. Orang Indonesia selalu ingat dengan Tuhan, mirip dengan para Sherpa yang setiap pagi memberi kurban untuk gunung. Saya respek dengan kepercayaan mereka.
Wajah-wajah dari pendaki dan seluruh anggota tim, ketika upacara dan berdoa sangat serius dan sangat berkonsentrasi. Dan sisa hari ini, para anggota menyiapkan diri untuk persiapan pendakian. Selama menunggu hari pendakian semua menunggu tegang, pada diri saya terasa ketenangan bermeditasi, tapi juga kegembiraan atas datangnya pendakian. [bawah, foto di camp II]
Saya tahu bahwa Camp 5 belum berdiri. Apa meyakinkan saya, ketika hari muncak, Camp itu akan selesai. Saya juga memohon dengan tim Rusia yang kebetulan beraklimatisasi di Camp 3, agar mereka menolong kami jika terjadi yang tak diingini. Dan di Camp 2 juga ada Sherpa dan tim lainnya yang akan menolong kami, jika keadaan berbahaya. Bashkirov, Vinogradski, Apa dan saya ketika muncak dilengkapi dengan alat komunikasi. Satu atau dua dari kami akan selalu menemani pendaki. Di Sadel Selatan dua Sherpa berjaga dengan alat komunikasi, kami juga ada hubungan komunikasi dengan tim Rusia di Camp 3, dengan orang kami di Camp 2 dan juga dengan Base Camp.
Kabar cuaca dari Kathmandu menggembirakan. Gangguan cuaca yang sebentar baru saja berlalu, dan 5 hari kedepan tampaknya aman untuk kami. Aman adalah relatif. Diatas ketinggian 8000m dengan cuaca yang bagus, jangan disangka tidak ada tantangan.
Pada tanggal 22 April tengah malam 3 orang Rusia dan 6 orang Indonesia dibawah sinar bulan berangkat dari Base Camp yang aman mendaki untuk muncak. Kami mendaki cepat sampai di Camp 2. Tim pendaki Indonesia juga cepat mendaki hanya membutuhkan waktu 6 jam sampai di Camp 2 tanpa masalah. Tanggal 23 April kami beristirahat di Camp 2 .
Tanggal 24 April sebagian dari pendaki dan Sherpa tinggal di Camp 2, Bashkirov, Vinogradski dan saya bersama Misin, Asmujiono dan Iwan mendaki ke Camp 3, tim kami kelihatan dapat berdiri sendiri dan stabil, kami juga kadang-kadang bercanda.
Pada tanggal 24 April ini, angin kencang di Sadel Selatan, tapi dari Kathmandu melalui Kapten Rochadi mengatakan angin kencang itu tidak begitu serius, diperkirakan dalam 2 hari angin kencang itu akan reda.
Saya memutuskan semua anggota tim pendaki tetap di Camp 3, dan Sherpa semua turun ke Camp 2 untuk mencari Apa yang telah berjanji untuk membereskan Camp Darurat, tapi sekarang belum beres juga.[ foto: menuju camp III].
Pada tanggal 24 April ini kami beristirahat, dan tanggal 25 April tim kami mencapai Sadel Selatan antara jam 15.00 dan jam 17.00. Pendaki Indonesia telah melalui jalur ini tanpa tabung zat asam tambahan dan tanpa masalah. Keadaan mereka sangat bagus, kerja sama mereka berfungsi, dan bermotivasi tinggi.
Jalur terakhir menuju puncak, setiap pendaki Indonesia harus membawa 2 tabung zat asam, dengan teratur 2 liter per menit menggunakannya. Dan Sherpa yang juga menggunakan tabung zat asam, harus membawa 3 tabung zat asam ekstra untuk setiap orang tim pendaki.
Karena kami ekspedisi yang pertama tahun ini, kami tahu melewati jalur ini membutuhkan banyak tenaga, karena salju sampai setinggi paha sebab sudah lama tidak dilewati orang, dan juga di ketinggian 8100 sampai 8600m salju masih saja setinggi dengkul. Dan juga kami harus memasang tali pengaman sendiri.
Untuk pendakian kali ini saya menggunakan tabung zat asam, sebab setelah terjadi kecelakaan dengan Bus, saya tidak mengetahui daya tahan badan saya. Jadi untuk menjaga keselamatan saya dan keselamatan orang yang saya jaga ini, saya harus menggunakan tabung zat asam.
Dan juga banyak perubahan keadaan di jalur yang akan kami lalui, ketika kami sampai di Sadel Selatan.
Seluruh jalur yang akan kami lalui, masih penuh dengan salju yang tingginya setengah meter sampai satu meter. Dan juga Sherpa yang masih fit hanya 8 orang. Camp Darurat masih harus dibangun. Saya tidak bisa memaksa Sherpa yang dengan beban berat di punggungnya, untuk cepat mendaki keatas membangun Camp Darurat itu. Kalau saya tetap menuntut mereka melakukan itu, dengan iklim diatas seperti ini, berarti saya ini orang yang sangat kejam.
Jadi kami punya 8 Sherpa, sekarang hanya Apa dan Dawa yang akan ikut naik sampai ke puncak, bersamaan dengan itu Sherpa yang lainnya nanti harus membawa logistik ke Camp Darurat (8500m). Apa kembali berjanji dengan saya, "Bereslah itu semua, jangan khawatirlah".
Bashkirov, Vinogradski dan saya mengetahui bahwa tabung zat asam hanya pas-pas-an, yang berarti nanti dalam keadaan darurat, kami harus tanpa tabung zat asam dalam pendakian. Satu tabung zat asam cukup untuk 6 jam kalau orang menyetel 2 L /menit, tapi jarang di setel segitu.
Kalau kami setel 1L /menit, maka persediaan akan dua kali lipat. Peralatan yang akan diangkut keatas juga banyak, didepan kami sedang menunggu kerja yang berat sekali.
Tanggal. 26 April ditengah malam kami mulai mendaki keatas dari Sadel Selatan. Saya menggunakan tabung zat asam 1 L /menit, saya selalu paling depan, jalan perlahan dan sulit.
Vinogradski dan Bashkirov menghemat tenaga mereka dan mengikuti di belakang bersama-sama dengan Kopassus. Diketinggian 8300m kami merasakan, kecepatan kami seperti ditahun yang lalu. Saya di depan dan Apa dibelakang saya. Tapi tim sedikit lambat.
Saya mendaki terus melalui ketinggian 8600m. Setelah 9 jam melalui salju setinggi paha, saya mencapai dengan susah payah Puncak Selatan. Dibawah saya, Apa mengamankan jalan yang terjal di ketinggian antara 8600m sampai 8700m hampir mencapai Puncak Selatan.
Jam 11.00 seluruh tim mencapai Puncak Selatan.
Kami mengadakan evaluasi, dan Apa menganjurkan, saya terus mendaki sampai puncak dan melihat keadaan. Okay, kata saya dan ketika saya menanyakan tali ke dia, dia menjawab, bahwa kami tidak mempunyai tali lagi. Saya kecewa dengan Apa, masak di ketinggian segini saya harus mencari tali bekas yang tertimbun dibawah salju, dan nantinya akan saya sambung-sambung sebagai tali pengaman untuk tim ini, sebanyak itu tenaga saya juga tidak.
Dan Apa mengaku, dia menggunakan tali terakhir yang panjangnya 100m, untuk mengamankan jalur yang sebenarnya tidak perlu di amankan, saya sulit mengerti dengan tindakan dia ini.
Disini salju sangat tebal, jadi tempat bahaya menganga yang tidak terlihat, jadi bahaya sekali.Apa menawarkan diri, untuk turun dan mengambil tali. Tapi sekarang faktor waktu yang harus dipikirkan. Waktu berjalan terus, kami harus terus mendaki atau turun.
Apa yang merasa bersalah, karena kelalaian dia, yang bisa mengakibatkan ekspedisi ini gagal, ingin membetulkan kesalahannya kembali. Dia pergi kedepan dan mengamankan jalur kami dengan sisa tali yang terachir panjangnya 40m dan tali tua, bekas tali ekspedisi-ekspedisi sebelumnya dahulu. Selama itu kami istirahat, saya merasakan tenaga saya datang kembali. [ foto,   Iwan Setiawan di South Summit 8500m sedang menyaksikan Misirin & Asmujiono di Hillary Step 8700m]
Ketika Dawa menyusul kami, kami mendapat berita, bahwa di ketinggian 8500m sudah berdiri satu Kemah dan persediaan tabung zat asam untuk kami. Apa telah memasang tali pengaman yang terpisah-pisah sampai diatas akhir Hillary Step. Yeah! tim kami semua fit. Jam waktu 12:30 ketika Apa meliwati Hillary Step. Cuaca top. Camp Darurat beres. Bashkirov, Vinogradski dan saya memutuskan walaupun kami sangat terlambat, yang kami perkirakan sekitar jam 15:00 sampai di puncak.
..... bersambung ke Pendakian Everest 4 [akhir].

Pendakian Everest 2


Pada tanggal. 6 Desember saya terbang dari Jakarta ke Amerika, karena saya punya janji dengan dokter, untuk memerikasa muka dan mata saya, akibat dari kecelakaan naik Bus di bulan Oktober.
Bashkirov dan Vinogradski memimpin Training di Paldor Peak, Ganesh Himal, dimulai pada tanggal. 15 Desember. 34 orang pendaki, dimana separuh dari mereka tidak mempunyai pengalaman High Alpin, berusaha mencapai puncak Paldor (5900m). 17 orang berhasil muncak. Mereka bertahan 21 hari perlahan ber aklimatisasi dengan cuaca musim dingin.
Di bulan Januari dan Februari 34 pendaki melakukan Training yang ke dua di Island Peak(6189m). 16 pendaki yang berhasil adalah pendaki yang telah berhasil juga di Paldor
sebelumnya. Mereka berada disana selama 20 hari dibawah suhu minus 40 derajat Celcius dan topan musim dingin yang kencang. Dan 3 hari, 3 malam di ketinggian 6000m dengan keadaan cuaca yang sangat berat mereka harus setiap hari mendaki dan turun dengan beda ketinggian 1000m, harus dicapai waktu kurang dari 5 jam.
Training ini sangat optimal. Saya sendiri menggelengkan kepala: Paldor, Island Peak, Everest. Sebagai Training program bukan untuk sembarangan orang.
Kembali di Kathmandu, Bashkirov dan Vinogradski membikin satu laporan untuk Kolonel Edi. Di laporan itu diterangkan untuk ke 16 orang itu tentang kecepatan, penyesuaian di ketinggian, kesehatan dan kemauan dari ke 16 orang ini. Pendaki dari Kopasus, walaupun mereka tidak berpengalaman, tapi sangat berambisi dan disiplin dan memperlihatkan di situasi yang sulit lebih bermotivasi.
Di penyaringan terakhir tinggal 10 Kopasus dan 6 orang sipil. Kami menganjurkan hanya satu pendakian, yaitu dari bagian selatan, tapi telah ditolak oleh Indonesia. Indonesia telah mendapatkan seorang: Richard Pavlowski untuk memimpin satu tim indonesia yang mendaki dari arah Utara.
Dan akhirnya kami mengambil 10 orang pendaki ke Base Camp di bagian Selatan, dan 6 orang pendaki ikut Richard dan pergi ke Tibet.
Setelah Island Peak, istirahat selama 26 hari. Kami harus sebagai tim pertama di musim ini yang mendaki dan melalui Khumbu. Karena saya ingin, kami sebagai tim yang pertama berada di gunung dan terus mendaki ke puncak, karena saya ingin diwaktu muncak, tidak terjadi persaingan dengan tim yang lainnya.


[Iwan Setiawan memberikan briefing sebelum meninggalkan Lukla]

Helikopter Rusia membawa kami pada tanggal. 12 Maret dari kota Kathmandu yang kotor berpolusi ke Lukla (2850m). 10 pendaki, 3 alpinist trainer Rusia dan 16 Sherpa ikut didalam Helikopter.
Kami ingin ke Base Camp dan terus menyerbu puncak Everest. Satu cita-cita yang sangat berambisi. Lukla adalah salah satu daerah yang saya selalu merasakan kembali perasaan bebas merdeka.
Saya mencintai gunung. Disinilah rumah saya. Orang hanya bisa mengerti dengan perasaan saya, kalau sudah pernah dipagi hari dengan Helikopter diatas pegunungan ini, dan turun disana ditempat yang sunyi dan damai ditengah satu daerah pegunungan yang tak ada duanya di dunia ini dengan puncaknya yang megah menantang dengan punggungannya seperti tulang tengkorak yang tajam dan terlihat diselubungi udara yang bersih bagaikan kristal.
Dari "Kemuliaan dan keluhuran ini, saya merasakan betapa sedikitnya dan kecilnya diri saya dibandingkan dengan apa yang saya alami disini". [foto: jalur ke basecamp]
Seperti biasanya setelah kedatangan saya, dan saya merasakan setiap pagi, bahwa saya datang di kampung halaman, yang karena itu saya dilahirkan. Ditahun ini ada 17 tim ekspedisi yang lainnya di Base Camp. Saya berusaha memisahkan tim kami dari tim lainnya, untuk menghindari hal-hal yang saya tidak ingini.
Sementara sedang didiskusikan, Sherpa dari tim yang akan memasang tali pengaman dia Breaking Ice (Eisbruch), karena tali pengaman ini juga nanti akhirnya digunakan oleh tim-tim lainnya ketika melewati Breaking Ice. Biasanya hal ini dikerjakan oleh Sherpa dari satu ekspedisi atau bersama-sama dari beberapa ekspedisi dalam memasang Tali pengaman dan tangga-tangga. Dan upah mereka untuk mengerjakan ini, malah diambil oleh organisasi ekspedisi, diatas disini masih juga di praktekkan sistem Kolonial.
Banyak tim yang akan melaluinya, jadi sedang dipikirkan, kalau tim yang tadinya tidak mengirim Sherpanya dalam memasang tali pengaman dan tangga, kalau lewat harus bayar. Dan ditahun ini telah terbentuk juga sementara perkumpulan "Pangboche Sherpa Cooperative" yang memperjuangkan menerima uang bayaran itu, lumayan banyak untuk mereka dari 10 sampai 20 ribu Dollar. Sherpa dari tim Henry Todd dan Mal Duff yang mengerjakan tali pengamanan dan tangga dengan cepat, yang nantinya juga akan kami gunakan.
[foto Base Camp jalur Selatan Everest]

Mulai dari sekarang, seluruh jalur untuk muncak sudah diamankan. Dan seluruh ekspedisi akan menggunakan jalur ini, dan membayar ke perkumpulan "Pangboche Sherpa Cooperative"
Waktunya nanti akan datang, dimana orang Nepal nanti 100% berkuasa memasarkan gunung ini, seperti orang Amerika dengan McKinley, tentu saja akan datang protes dari pihak-pihak tertentu yang sekarang saja membayar Sherpa yang bekerja paling berat, sangat murah dan dibawah tarif.

[foto, jalur di Khumbu icefall]
Tim kami sampai di Base Camp tanggal 19 Maret. Karena tim kami telah melakukan Training, kami tidak perlu ber aklimatisasi lagi di ketinggian sebegini. Didepan kami terletak Breaking Ice (Eisbruch), mental sangat penting dalam pendakian Everest, karena balok-balok Es di Breaking Ice yang seperti raksasa besar, tinggi dengan jurang gletser yang menganga pecah berantakan tak beraturan dan setiap saat bentuk dan posisinya selalu berubah, karena gerakan dari gletser yang turun kebawah.
Jadi ketika kami melalui daerah ini, keberanian kami akan diuji, setiap langkah harus di perhitungkan, kalau tidak terperosok masuk jurang es menuju Nirwana. Kami memanjat berjam-jam melalui jurang es gletser yang terbuka dan tidak tahu berapa dalamnya, dengan menggunakan tangga yang di ikat-ikat dan disambung-sambung, mendaki terus melalui balok es yang bergerak setinggi rumah yang bertingkat-tingkat. [foto, memanjat jurang es (icebreak) sesaat sebelum campI]
Tanggal 22 Maret kami mendaki dengan seluruh anggota tim ke Camp 1 untuk beraklimatisasi. Semua anggota menunjukan keadaan yang menggembirakan, hanya memperlihatkan sedikit ketidak biasaan, tapi dalam pendakian kedua kalinya mereka telah menunjukkan rutinitas dan lincah. Setelah ini selesai, datang berikutnya, naik lagi, istirahat beraklimatisasi.
 [foto camp I]

Kisah Pendakian Everest

Pendakian Everest Pertama oleh Tim Indonesia 1997
Cerita Pendakian Everest oleh Tim Indonesia 1997 yang dikutip dari buku “The Climb” karangan Anatoli Boukreev  yang juga sebagai pemimpin pada ekpedisi tersebut. Memuat juga cerita dari sudut lain tentang tragedi Everest 1996. Diterjemahkan oleh Ade Bachtiar untuk milis Pangrango.
foto dengan pelatih Rusia saat training di Island Peaks (6189m)
KEMBALI KE MT. EVEREST
Boukreev kembali ke Nepal dan pada tanggal. 25 september 1996 mendaki tanpa tabung zat asam Cho Oyu (8201m) dan pada 9.oktober mendaki Sisha Pangma (Puncak Utara, 8008m).
Di musim gugur Boukreev mengunjungi kantor temannya Ang Tshering dari Asian Trekking di Kathmandu, lalu dia mengajukan satu Proyek ke Boukreev.
Satu tim dari Indonesia tahun depan ingin mendaki Mt. Everest melalui Sudost grat (punggung Tenggara), jadi jalur yang sama seperti tahun lalu bersama Scot Fischer. Setelah dia pertimbangkan, maka Boukreev sanggup menjadi Kepala Pendakian.
Terjemahan di bawah ini percakapan langsung dari suara Boukreev dgn tape recorder,
Tawaran ini sangat menarik bagiku, karena saya masih ada "Niat" dan "Janji" untuk menguburkan Scot Fischer dan Yasuko Namba secara layak, yang gugur dari malapetaka ketika turun dari puncak Everest tahun lalu, ini sangat penting bagi saya. Saya tidak dapat menghindari malapetaka itu walaupun saya telah berusaha sekuat tenaga menghindari korban sekecil mungkin.
Dengan orang Indonesia saya melihat mereka percaya dengan kemampuan saya, dan juga saya memerlukan uang untuk hidup saya. Saya harap tim Indonesia ini bisa mengakui saya sebagai Trainer dan Pemimpin dalam tim pendakian ini. Saya juga mengakui, saya sangat tersinggung dengan apa yang di tulis oleh media di amerika tentang malapetaka tahun lalu.
Tanpa dukungan dari teman-teman di Eropa seperti Rolf Dujmovits dan Reinhold Messner, nama saya dimata masyarakat amerika sangat buruk. Setelah saya bertemu dengan organisator tim indonesia di Kathmandu, saya terbang ke Jakarta untuk berbicara dengan Jendral Prabowo, yang sebagai Kordinator Pendakian Nasional.
Saya mengatakan secara terus terang kepadanya, bahwa dengan keadaan seperti sekarang, keberhasilan mencapai puncak Everest (perkiraan saya) sangat minim. Saya mengatakan ke dia, barangkali hanya 30%, dan itu juga artinya hanya satu pendaki yang sampai ke puncak. Seterusnya saya terangkan kemungkinan jatuh korban juga 50%, 50%. Jadi dengan kemampuan pendaki Indonesia untuk mendaki Everest menurut saya tidak memadai.
Karena itu saya mengusulkan satu tahun penuh training mendaki gunung yang puncaknya tinggi secara perlahan beraklimitasi, dan usulan saya ditolak. Tradisi saya dalam olahraga selalu dengan memakai pikiran yang sehat, tidak memakai cara "Roulette Rusia".
Kematian seorang anggota ekspedisi, selalu pukulan yang berat yang menghancurkan keberhasilan mencapai puncak. Pada ketinggian lebih dari 8000m, keselamatan pendaki amatir juga menurun, termasuk juga orang yang fitness super. Saya tidak bisa menjamin keselamatan orang-orang yang berpengalaman sangat sedikit atau tidak sama sekali di gunung-gunung tertinggi di dunia ini.
Orang Indonesia bisa membeli dan mempelajari pengalaman saya, nasehat saya, dan tugas saya sebagai pemimpin pendakian dan tim penyelamat. Kalau mereka ingin ke puncak Everest, mereka harus menanggung sendiri kibat kesombongan mereka nanti, karena mereka sangat tidak berpengalaman. Jendral Prabowo meyakinkan saya, bahwa orang-orang mereka sangat bermotivasi dan mampu, mereka akan memberi jiwa mereka, untuk mencapai tujuan ini. Satu jawaban yang jujur dan juga membuat saya terkejut.
Saya merancang pekerjaan saya, agar pendaki Indonesia mendapat cukup kesempatan belajar dari pengalaman saya, tapi juga mereka harus belajar berdiri sendiri. Karena semua ini tergantung akhirnya dari kemampuan perorangan dan pertanggung jawaban sendiri saat di Everest ketika mau muncak nanti. Walaupun telah dipersiapkan semua sebelumnya, tetap saja berbahaya. Jendral Prabowo setuju, sebelum ekspedisi dimulai, tim pendaki harus berlatih dan menguatkan kondisi tubuh.
Saya tahu, bahwa kami membutuhkan para pelatih yang sangat menguasai dan berpengalaman dalam teknik dan pengalaman di gunung yang tinggi, yang nanti akan bekerja sebagai penasehat ketika berlatih dan aklimatisasi dan juga ketika muncak mereka juga bekerja sebagai tim penyelamat. Konsep dari tim penyelamat sangat penting bagi saya, karena itu saya tekankan dengan jelas. Saya juga tidak bersedia memberi garansi ke jendral Prabowo akan keberhasilan ekspedisi ini.
Saya juga tidak akan melanjuntukan ekspedisi ini, walaupun kami sudah dekat puncak, jika keselamatan tidak mengizinkan. Jendral Prabowo juga harus mengerti, dengan keadaan para pendaki ketika mau muncak dan keadaan cuaca yang mungkin saja membatalkan rencana menyerbu ke puncak Everest. Semua itu saya yang menentukan. Dia juga harus mengerti, di ketinggian 8000m juga tim penyelamat yang terbaik diduniapun, tidak bisa memberi garansi 100%.
Kalau hal yang tak diingini terjadi, saya bersedia berusaha menyelamatkan dengan resiko keselamatan saya. Itulah dasar perjanjian kami. Training program akan kami mulai dengan tepat waktunya. Di ambang musim dingin ini direncanakan pelatihan aklimatisasi di ketinggian 6000m dengan udara dingin dan angin. Kami akan berlatih; disiplin, mental dan stamina di cuaca yang berat, sesuai dengan tantangan di Everest nanti
Training program dimulai tanggal. 15 Desember 1996 di Nepal.

34 pendaki, orang sipil dengan beberapa pengalaman gunung, dan anggota tentara yang tidak ada pengalaman di gunung tapi sangat fit dan sangat disiplin, mereka ini semua sebagai anggota tim permulaan. Dari 34 orang ini akan disaring dan diambil yang paling mampu untuk pendakian nanti. Karakter penyaringan dilihat dari kesehatan, stamina, kemampuan, dan mental. Diwaktu ini para calon pendaki belajar teknik tali menali dan tangga menangga dan juga teknik dasar dari memanjat.
Ditahun lalu, komunikasi adalah masalah kami yang besar, dimana saya mengetahuinya setelah semua terlambat. Bukan hanya perbedaan bahasa membikin orang frustasi, juga tidak lengkapnya alat komunikasi. Sekarang ini, setiap anggota tim harus dilengkapi dengan alat komunikasi. Saya usulkan dari “base camp” selalu ada kontak langsung dengan pusat komunikasi di Kathmandu.
Kecuali itu saya menuntut untuk mendapatkan laporan cuaca dari setasiun meteorologi di lapangan terbang Kathmandu setiap hari. Dari semua ini karena ada bantuan militer, saya berterima kasih juga, karena kami juga dibantu oleh militer Nepal.
Perwira Ekspedisi kami Monty Sorongan yang bagus berbahasa inggris berfungsi sebagai penghubung antara gunung dan pusat komunikasi di Kathmandu. Dan bahasa dalam ekpedisi ini kami pergunakan bahasa Inggris. Semua ini untuk menghindari kesalahpahaman.

Untuk ekspedisi ini saya berhasil mendapatkan 2 orang Alpinist rusia yang sangat terkenal untuk bekerja sama dengan kami: Vladimir Bashkirov dan Dr. Evgeni Vinogradski.
Bashkirov yang berumur 45 tahun, berpengalaman selama 15 tahun sebagai pemandu ekpedisi di daerah yang sulit, dan mengenal jalur di Pamir dan Kaukasus, dan berhasil mendaki 6 gunung diatas 8000m, dua antaranya Mt.Everest, suatu keuntungan di mau berkerja sama dengan kami. Lain dengan saya, dia pendiam dan suka berdiplomasi dan juga pintar berbahasa inggris. Dia orangnya supel untuk berkomunikasi, juga menguntungkan untuk tim ekspedisi. Di Rusia dia terkenal sebagai kameraman petualangan dan produser film, nanti juga dia akan membikin film untuk ekpedisi Indonesia ini.
Dr. Evgeni Vinogradski, umurnya 50 tahun, 7 kali juara manjat di Rusia dan 25 tahun berpengalaman sebagai pelatih pada pendakian gunung yang tinggi dan dokter olahraga, yang akan melengkapi staf penasehat di ekpedisi ini. Evgeni dan saya di tahun 1989 bersama-sama telah melintasi Kanchenjunga, dia termasuk teman baik saya.
Untuk saya dia adalah "Garuda Tua", yang telah mendaki lebih dari 20 gunung yang berketinggian 7000m, dan 8 gunung yang berkentinggian lebih dari 8000m, termasuk 2 pendakian Everest, salah satu dari itu dia telah bekerja sebagai pimpinan pendakian.
Ang Tshering dari Asian Trekking di Kathmandu berfungsi bagian logistik dan juga untuk mencari Sherpa yang bakal bekerja dgn ekpedisi kami. Kami harus bersyukur, karena kami mendapatkan Sherpa Apa von Thami, 37th, 7x menaklukkan Everest, sebagai Sirdar (pemimpin Sherpa) dan First Climber Sherpa (Sherpa yang ikut muncak) untuk bekerja dengan kami. Sherpa berada dibawah komando Ang Tshering dan staf Indonesia. Pekerjaan mereka seperti biasa di basecamp dan juga mereka harus memasang tali pengaman di jalur diatas Breaking Ice (Eisbruch), menyiapkan highcamp dan logistik dan ikut menyertai dihari penyerbuan ke puncak, mereka harus mengirim tabung zat asam untuk tim yang muncak .
to be continue ke pendakian everest 2.

Minggu, 06 Maret 2011


Jenazah Tiga Pendaki Bawakaraeng Berhasil Dievakuasi

Thursday, 28-08-08 @ 17:05
Metrotvnews.com, Gowa: Tiga pendaki gunung yang tewas di Gunung Bawakaraeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, berhasil dievakuasi oleh tim search and rescue (SAR) gabungan setelah lima hari dinyatakan hilang. Jenazah korban ditemukan di pos 13 yang merupakan jalur lintas dari Gunung Bawakaraeng, menuju gunung Lompobattang.

Ketiga korban adalah Farid, mahasiswa hukum Universitas Hasanuddin, Makassarunhas dan daeng mangkuling dan istrinya Sumiati yang sedang hamil lima bulan. Ketiga mayat korban ditemukan pada 23 Agustus silam, namun baru dievakuasi hari ini. Cuaca buruk dan medan yang terjal menyulitkan tim evakuasi.

Evakuasi dilakukan tim yang berjumlah 60 orang dibantu warga. Kedatangan jenazah di lokasi evakuasi di Desa Gunung Perak, Sinjai, 30 kilometer dari lokasi ditemukan disambut histeris. Bahkan, salah seorang ibu korban nyaris pingsan melihat jenazah anaknya.(BEY)


TEHNIK NAVIGASI HANYA DENGAN MENGGUNAKAN KOMPAS

Ini merupakan pengetahuan yang mudah, dan bisa dikatakan tidak cukup untuk mengadakan perjalanan yang aman di daerah yang tidak dikenal. Hal pertama yang hatus dimengerti adalah ARAH. Utara, Selatan, dan Barat. Perhatikan kompas anda dan pelajari bagaimana sudut Utara merupakan sesuatu yang sangat penting.
Ada banyak macam kompas, ada yang pemakaiannya dengan menempelkan pada peta dan ada juga yang pemakaiannya dengan memempelkan pada ibu jari kita. Kompas ibu jari (kompas bidik) banyak dipakai oleh para orienteer yang selalu bergerak cepat, dan jenis kompas ini yang biasanya normal dipakai. Tapi ini bukanlah hal yang tutorial.

MENGENAL BAGIAN KOMPAS.Temukan panah yang berwana merah dan hitam, yang disebut juga jarum kompas. Dan dibeberapa jenis kompas lain ada yang berwarna merah dan putih. Tapi itinya, bagian yang merah selalu menunjukan arah magnetik bumi yaitu kutup utara. Hal dasar inilah yang harus dipahami terlebih dahulu. Dan bagaimana caranya jika tujuan kita bukan ke Utara, tapi arah lain? jawabnya simple saja, yaitu pada bagian kompas terdapat bagian yang bisa diputar yang disebut juga rumah kompas. Pada bagian atas sisi dari rumah kompas akan ditemukan skala yang menunjukan angka 0 sampai 360 atau dari 0 samapai 400. Itu semua adalah sudut derajat atau bearing dan kita juga akan menemukan huruf abjad N, S, W dan E yang diartikan sebagai North (Utara), South (Selatan), West (Barat) dan East (Timur). Jika kita hendak menuju kearah diatara dari dua arah diatas, yang dilakukan adalah mengkombinasikannya. Misalnya kita akan menuju kearah diatara Utara dan Barat yaitu Barat Laut: yang dilakukan adalah, temukan sudut barat Laut pada rumah kompas, dan putar rumah kompas sehingga sudut barat Laut berada persis diatas ujung penunjuk arah pada rumah kompas. Peganglah kompas secara datar dengan begitu jarum kompas bisa berputar bebas,
kemudian putarlah tubuh dan tangan sehingga bagian utara dari jarum kompas yang berwarna merah menempel sama dengan bagian utara pada rumah kompas. Hati-hati karena bagian ini sangat penting untuk diperhatikan. Jika sudut selatan jarum kompas yang menempel pada utara rumah kompas, maka artinya kita berjalan pada arah berlawanan dari arah yang kita tuju. perhatikan hal ini karena banyak pemula yang melakukan kesalahan pada bagian ini. Jadi selalu perhatikan untuk memastikan posisi kita sudah benar.

Prolem kedua yang kita sebut dengan local magnetic attraction.
Jika kita membawa sesuatu benda yang mengandung besi, hal ini akan memungkinkan terganggunya jarum kompas. Bahkan staple pada peta akan memungkinkan terganggunya jarum kompas. Pastikan tidak adanya hal sejenis diatas disekeliling kompas. Hal lain yang memungkinkan terjadinya gangguan magnetik pada tanah yang disebut juga magnetic deviation, tapi hal ini jarang terjadi. Hal ini akan mungkin terjadi jika kita berada pada wilyah penambangan mineral yang mengandung biji besi. Jika kita sudah yakin pada posisi yang benar, berjalanlah pada arah yang ditunjukan oleh ujung penunjuk arah pada rumah kompas. Untuk menghindari keluar dari jalur, pastikan untuk selalu mengawasi kompas secara kontinyu, katakan saja setiap seratus meter kita cek selalu posisi kompas. Tapi ini kadang cukup melelahkan untuk menunduk terus, jalan keluarnya adalah temukan sesuatu objek yang jelas dan gampang dikenal pada jalur lintasan kita dan pergilah menuju titik tersebut dari sana kemudian lakukan lagi hal yang sama dan jangan sampai menyimpang dari titik koordinat lintasan kita. Tapi hal ini akan lebih penting lagi bila kita mempunyai peta. Ada hal yang harus diperhatikan untuk menghindari menuju arah yang salah, yaitu : Matahari, pada sore hari matahari kira-kira berada di Selatan (atau di Utara pada wilayah sounthern hemisphere), jadi jika anda menuju arah utara dan mendapatkan sinar matahari pada wajah, itu artinya anda harus melakukan penentuan arah lagi.

KAPAN KITA MEMERLUKAN TEHNIK KOMPAS INI?
Jika kita berada dialam terbuka tanpa peta, dan kita tidak tahu berada dimana, tapi kita mengetahui adanya jalan, trail, kali kecil , sungai atau sesuatu yang besar atau panjang yang mudah dikenali jika kita menuju arah yang benar. Dan kita mengetahui arah mana yang harus ditempuh, setidak-tidaknya kira-kira kearah mana. Kemudian yang perlu dilakukan adalah, arahkan penujuk arah pada rumah kompas ke arah yang akan dituju kemudian putarlah rumah kompas sehingga jarum kompas yang berwarna merah menempel sama dengan bagian utara rumah kompas. Ikutilah langkah tersebut diatas, akan tetapi hal ini saja tidak cukup, karena tidak begitu akurat. kita menuju arah yang benar, dan tidak akan berputar-putar, tapi ini merupakan keberuntungankarena kita menemukan titik yang bisa dikenali pada lintasan ini. Karena itulah hal deklinasi tidak dibahas. Karena deklinasi merupakan hal yang berhubungan dengan penggunaan peta. Tapi jika kita bisa mengimajinasikan peta dan tahu apa itu peta, lakukanlah hal tersebut. Tapi rasa kita tidak akan begitu akurat jadi deklinasi tidak membuat sesuatu yang berbeda. Jika kita melakukan perjalanan panjang pada medan yang tidak dikenal, kita harus selalu membawa peta yang baik yang mengambarkan wilayah tujuan kita. Terlebih lagi jika kita meninggalkan jalan setapak, ini akan lebih membuat penggunakan kompas dan peta lebih interaktif, dan pada saat itulah kompas akan mejadi sesuatu yang sangat berharga.

TIPE DARI KOMPAS
Kompas yang baik mempunyai rumah kompas yang berisi cairan, cairan tersebut menahan jarum kompas, sehingga kita tidak harus terlalu memeggang kompas dengan posisi yang betul-betul diam. Hindarilah membeli kompas yang tidak mempunyai cairan dalam rumah kompasnya.
Jarum kompas mempunyai dua warna, jika kompas dipegang rata, bagian merah akan mengarah ke utara dan yang putih kearah selatan. Hal yang menarik adalah adanya nothern dan southern hemisphere kompas. Ini merupakan keharusan karena adanya fakta akan bidang garis magnetik, yang mana tempat terpasangnya jarum kompas, menunjukan sudut bumi pada kutup magnetik utara dan selatan. Pada northern hemisphere bagian ujung utara dari jarum kompas tertarik kearah bawah, dan ujung utara merupakan pengantisipasi keseimbangan jarum kompas. Jika kita menggunakan northern hemisphere kompas, katakan saja Australia, bagian ujung utara magnet akan tertarik kearah bawah dari bidang magnetik, dan juga lebih berat dari pada ujung utara - hal ini membuat jarum kompas terarah dan berpindah pada bagian bawah dari rumah kompas jika compas di pegang horisontal. Kompas yang baik akan bertahan lama. akan tetapi, kadang-kadang ada suatu hal yang tidak beres pada kompas, komponen plastiknya rusak, atau rumah kompasnya bocor. Dalam waktu yang panjang, cairan dalam rumah kompas mungkin akan berubah warna menjadi biru kehijauan. Dan sangat jarang bidang magnetik dari jarum kompas berubah, misalnya ujung utara erubah menjadi ujung selatan.

ADA DUA MACAM KOMPAS ORIENTEERING.
1.BASE PLATE ATAU PROTRACTOR COMPASS
Jenis kompas ini dikembangkan oleh Kjellstrm bersaudara dimasa era perang dunia ke II dan terdiri dari piringan dasar bersegi empat, yand diberi tanda dengan anah panah merah yang menunjukan arah axis, dan rumah kompas yang bisa diputar diberi tanda dengan sudut (360 derajat untuk lingkaran penuh dari keseluruhan dunia, tapi hanya 400 pada beberapa kompas Eropah). Pada bagian dasar dari rumah berputar dari kompas diberi tanda dengan panah dan set garis paralel pada tandah panah tersebut. Sebagai tambahan kadang juga ada tali untuk mengikatkan kompas pada pergelangan tangan, sisi penggaris dengan ukurannya untuk digunakan mengukur jarak pada peta, kaca pembesar untuk membaca peta lebih baik dan contoh dari lingkaran serta segitiga untuk membuat tanda yang digunakan kursus orieentaring pada peta.

2. THUMB COMPASS (kompas jempol)
Pada pertengahan tahun 1980'an, top Swedia orienteer membuat alternatif pada kompas type dasar piringan dengan menipiskan dasar piringannya dan menempatkan strap pada kompas yang nantinya akan dipakai pada ibu jari. Kompas ini dipakai pada ibu jari tangan kiri, yang melekatkannya pada peta. Kelebihan dari system ini adalah peta dan kompas selalu dibaca sebagai satu unit, peta lebih gampang dan lebih cepat diluruskan, ditambah lagi tangan yang satunya bebas, kekurangannya adalah karena kakuratannya membuat agak sulit pada bearing. Kecendrungan pribadi biasanya memutuskan type kompas yang dipakai; pemedang kejuaraan dunia orienteering telah menang dengan menggunakan kedua type kompas diatas.
Ada dua basic skill yang diperlukan oleh orienteer yaitu, Peta Orienting dan Menghitung Bearing.

MENGGUNAKAN KOMPAS UNTUK ORIENTASI PETA
Ini merupakan keahlian yang mudah, dan juga merupakan hal penting pada penggunaan kompas. sbb:

Peganglah peta secara horisontal
Letakan kompas diatas bidang datar peta
Putar peta sampai garis utara pada peta (bisa ditemukan dua garis lurus berujung panah yang menunjukan utara magnetik atau bagian atas dari abjad yang terdapat di peta adalah utara peta) sampai sama dengan utara kompas.
Sekarang peta sudah terorientasi pada medan. Ini membuatnya lebih mudah dibaca

MENGHITUNG BEARING
Setiap arah bisa dinyatakan sebagai sudut yang terhubung dengan utara. Pada militer ini disebut "Azimuth" dan bearing dinyatakan sebagai jumlah derajat. Orienteer menggambil jalan keluar yang gampang, dengan mensetting sudut pada kompasnya dan menjaga jarum kompasnya, dan ini membuat mereka tetap bergerak pada arah yang benar. Instruksi langkah-langkah mudah cara mengeset bearing ada pada dasar kompas type baseplate adalah:

Letakan kompas diatas peta penunjuk arah mengarah kearah tujuan kita.
Putar rumah kompas sehingga tanda panahnya yang terdapat pada dasar plastiknya paralel dengan panah yang tegambar pada peta (pastikan mata anak panahnya mengarah ke utara bukan selatan).
Pisahkan kompas dengan peta dan pengganglah peta didepan kita jadi dengan begitu arah perjalanan kita terbentang didepan kita.
Putarlah tubuh sehingga jarum kompas tepat pada tanda panah didasar rumah kompas.
Pilihlah sebuah objek jelas didepan kita yang terletak dijalur perjalanan kita, ulangi prose ini(cara ini kita bisa memutari rintangan dan tetap berada pada jalur bearing kita).

SEBERAPA PENTINGNYA SEBUAH KOMPAS?
Peralatan yang paling penting yang digunakan pada orienteering adalah otak manusia. Satu peralatan lain yang diijinkan dan digunakan secara general yaitu: Kompas. Kompas sangat berguna sebagai penghitung bearing dan untuk orientasi peta, sehingga membuat peta cocok dengan medan. Tapi mungkin, di hampir banyak area, untuk melakukan sebuah jalur sangat mudah dan efisien tanpa kompas (sebagai pengecualian: akan sangat sulit untuk bernavigasi pada area yang kurang tanda-tanda alamnya tanpa kompas). Hanya kompas yang legal digunakan pada orienteering. Altimeter sangat dilarang dan GPS unit termasuk yang dilarang oleh peraturan. Sudah merupakan pernyataan yang jelas kalau GPS unit sangat berguna dan alat yang sangat menolong, tapi saat dipertanyakan bagaimana bila setiap orienteer mengunakan GPS unit dalam setiap perlombaan? orienteering merupakan hal yang tidak menarik lagi. Bagi pemula dalam orienting, wajib dan perlu mengenal pengetahuan dasar kompas dan piawai dalam membaca peta.

MEMAKAI KOMPAS DALAM SUATU INTERAKSI DENGAN PETA
Ini merupakan pelajaran yang sangat penting, dan harus kita ketahui secara baik. Bila kita menggunakan kompas dan peta, maka akan terasa sekali kegunaan kompas, dan kita akan bisa bernavigasi di medan yang tidak dikenal dengan lebih akurat walaupun tanpa mengikuti jalan setapak. Tapi ini membutuhkan latihan dan pengalaman, disini kita tidak membahas secara khusus mengenai peta, sebab hal tersebut bisa anda dapatkan pada subjek lain di situs ini. Tapi pelajaran ini akan lebih bermafaat jika kita juga mempunyai kemampuan merasakan apa yang dikatakan oleh peta.

Kembali ke pelajaran kompas.
Pada prinsipnya pelajaran ini sama dengan yang sebelumnya, kita akan menggunakan peta untuk mengetahui yang benar dan bukan berdasarkan intuisi kita.

Pegang Peta: Pada contoh kita yang pertama, kita perhatikan peta yang dibuat untuk orintasi, dan ini sangat jelas??? sebenarnya tidak juga, mari kita lihat peta yang kita buat secara fiktif dalam imaginasi kita.

Menuju Titik: Kita akan bergerak dari jalan setapak melintasi titik A ke arah batu di B. Tentu saja untuk membuat metode ini bisa berhasil kita harus tahu betul posisi kita di titik A tersebut. Apa yang kita lakukan? letakan kompas diatas peta sehingga sisi dari kompas ada pada titik A. Sisi tersebut harus kita gunakan, sisi tersebut harus paralel dengan arah dari panah penunjuk arah perjalanan. Dan kemudian tempatkan titik B disuatu tempat disepanjang sisi yang sama, gambarannya seperti itu. Tentu saja, kita bisa menggunakan panah penunjuk arah tersebut, atau satu dari garis paralel, tapi biasanya, lebih mudah menggunakan sisi. Pada titik ini, beberapa instruktor mengatakan bahwa kita harus menggunakan pencil dan menggambarkan garis sepajang arah kita. Tapi sebaiknya jangan, pertama, ini membutuhkan waktu, kedua, jika kita mendapatkan cuaca yang basah, akan membuat rusak peta kita, atau jika berangin, kita mungkin akan kehilangan peta tersebut. Kita harus menyimpan peta (sebaiknya dalam kantong anti air) yang transparan. Dan jika berangin ikatkan pada lengan atau ransel kita. Yang paling penting adalah jika kita menggambarkan terlalu banyak garis pada peta, iniakan membuat kita akan kehilangan hal-hal yang detail pada peta tersebut.

Saatnya untuk berhati-hati: Sisi dari kompas, atau juga panah penunjuk arah, harus mengarah dari titik A ke B. dan lagi, jika kita melkukannya dengan salah, kita akan melangkah kearah yang berlainan dari arah yang seharusnya kita tuju. Jadi selalu periksa lagi, para pemula kadang membuat kesalahan pada point ini.

Jaga dan tempatkan kompas selalu stedy pada peta: Apa yang akan kita lakukan selanjutnya adalah kita harus meluruskan garis orientasi dan panah orientasi dengan garis meridian peta. Garis pada peta menuju Utara, jadi, saat kita meluruskan sisi kompas dengan hati-hati dari A ke B, putar rumah kompas sehingga garis orientasi pada rumah kompas sejajar dengan garis meridien peta. Selama proses ini, jangan perdulikan apa yang terjadi pada jarum kompas. Ada beberapa kesalahan serius yang bisa terjadi disini. Mari kita ambil masalah tersebut dengan mengambil arah lawannya terlebih dahulu. Kita harus benar-benar mengerti dimana utara pada peta, dan benar-benar yakin kalau panah orientasi mengarah kearah utara pada peta. Normalnya, utara adalah bagian atas dari peta. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah membiarkan panah orientasi mengarah ke arah selatan dari peta.

Dan kemudian, perhatikan sisi dari kompas: Jika sisinya mengarah sepanjang garis dari A ke B maka saat kita selesai memutar rumah kompas, kita akan mendapatkan kesalahan pada arah kita, dan bisa membuat kita keluar dari jalur. Jika kita yakin menggunakan rumah kompas dengan benar, kita bisa memisahkan kompas dengan peta. Dan sekarang, kita bisa dengan nyata membaca bering dari rumah kompas, dari arah dimana rumah kompas bertemu dengan panah penujuk arah. Yakinkan jika rumah kompas tidak berputar, sebelum kita mencapai titik B. Langkah terakhir adalah sama dengan pelajaran sebelumnya. Pegangalah kompas pada tangan. Dan sekarang kita harus memegannya sedatar mungkin, sehingga jarum kompas bisa bebas berputar. Lalu putarlah tubuh kita sehingga jarum kompas sejajar dengan garis didalam rumah kompas. Kesalahan lagi jika kita membiarkan jarum kompas mengarah ke selatan. Bagian merah dari jarum kompas harus menunjukan arah utara pada rumah kompas, atau kita akan bergerak kearah yang berlawanan.

Saatnya untuk bergerak: Tapi untuk melakukan itu dengan akurasi yang optimal, kita harus melakukannya dengan cara yang special juga. Peganglah kompas ditangan, dengan jarumnya sejajar dengan arah panah orienting, kemudian bidik sasaran sehati-hati mungkin, pada arah menunjuk ke arah dari panah perjalanan. Carilah sesuatu yang bisa dijadikan tanda di medan yang dituju, dan berjalanlah kearah sana. Saat bergerak pastikan bahwa rumah kompas tidak berputar. Jika kita di hutan yang rapat, kita harus selalu mencari arah beberapa kali. Dengan cara ini diharapkan kita bis mencapai titik B dengan selamat. Akan tetapi, kadang-kandang atau sering juga terjadi apa yang disebut dengan magnetic declination.

MENENTUKAN ARAH TANPA KOMPAS
Kita tersesat, benar-benar tersesat. Berdiri disuatu tempat yang tidak kita ketahui, dan kita tidak tahu harus kemana. Kita dalam masalah, hal yang pertama yang harus diingat adalah, Tetap tenang, berpikir rasional, dan kita bisa bertahan dalam waktu lama tanpa makan. Yang kita butuhkan adalah air. Hal yang lebih detail tentang survival ada pada bagian lain dari situs ini. Disini hanya membahas bagaimana menghadapi situasi mencari jalan tanpa kompas. Apa yang kita punya adalah, matahari, bintang, dan alam disekeliling kita. Halaman ini lebih membahas bagian dari northern hemisphere dari bumi, utara sebenarnya 23.5° , akan tetapi metode yang dijelaskan disini juga bisa berlaku di southern hemisphere, tapi dibeberapa tempat mungkin perlu untuk menukar utara jadi selatan agar menjadi benar. Sangat diharapkan agar kita bisa memahaminya.

Sebagai permulaan: Mungkin akan merupakan ide yang bagus untuk mendaki keatas bukit, dan melakukan orientasi pada alam sekeliling. Cobalah untuk mencari tanda-tanda dari kehidupan manusia. Jika tidak menemukan apa-apa, kita harus mencoba menemukan arah yang baik untuk memulai pergerakan. jika kita tidak mempunyai peta, cobalah menggambarnya jika kita bisa memandang medan didepan kita, dan cobalah menandai dimana utara dengan cara menggunakan metode dibawah. Jika kita mempunyai peta, cobalah untuk menentukan dimana kita berada, Ingat, kita tidak harus mendaki lagi bukit yang seharusnya tidak kita daki. Juga kita harus hati-hati untuk tidak mendaki dan memboroskan energi karena kita sudah sangat lelah. Pada saat seperti ini kita seharusnya tetap berada dimana kita berada. Cara mencari perhatian untuk bantuan ada pada bagian survival pada situs ini.


Mari kita mulai dengan metode yang paling akurat:
Pada metode ini sangat dibutuhkan langit dalam keadaan cerah, dan membutuhkan banyak waktu. Salah satu dari keuntungannya adalah kita tidak membutuhkan peralatan apapun. Yang diperlukan hanyalah sebuah tongkat kira-kira dengan panjang 1 meter, dua tongkat kecil atau batu. tongkat lain atau batu yang perlu sedikit diruncingkan dan sesuatu yang bisa dipakai sebagai tali.

Pagi hari, atau paling tidak sebelum siang, trik dimulai: Tancapkan tongkat yang panjang diatas tanah. Dan tanah disekitar tongkat harus datar. Sekarang, kita bisa meletakan salah satu tongkat kecil diatas tanah persis dimana ujung bayangan dari tongkat. Kemudian ikatkan tali pada dasar dari tongkat, dan ikat juga tongkat yang kecil pada masing-masing ujungnya