Selasa, 15 Maret 2011

Kisah Pendakian Everest

Pendakian Everest Pertama oleh Tim Indonesia 1997
Cerita Pendakian Everest oleh Tim Indonesia 1997 yang dikutip dari buku “The Climb” karangan Anatoli Boukreev  yang juga sebagai pemimpin pada ekpedisi tersebut. Memuat juga cerita dari sudut lain tentang tragedi Everest 1996. Diterjemahkan oleh Ade Bachtiar untuk milis Pangrango.
foto dengan pelatih Rusia saat training di Island Peaks (6189m)
KEMBALI KE MT. EVEREST
Boukreev kembali ke Nepal dan pada tanggal. 25 september 1996 mendaki tanpa tabung zat asam Cho Oyu (8201m) dan pada 9.oktober mendaki Sisha Pangma (Puncak Utara, 8008m).
Di musim gugur Boukreev mengunjungi kantor temannya Ang Tshering dari Asian Trekking di Kathmandu, lalu dia mengajukan satu Proyek ke Boukreev.
Satu tim dari Indonesia tahun depan ingin mendaki Mt. Everest melalui Sudost grat (punggung Tenggara), jadi jalur yang sama seperti tahun lalu bersama Scot Fischer. Setelah dia pertimbangkan, maka Boukreev sanggup menjadi Kepala Pendakian.
Terjemahan di bawah ini percakapan langsung dari suara Boukreev dgn tape recorder,
Tawaran ini sangat menarik bagiku, karena saya masih ada "Niat" dan "Janji" untuk menguburkan Scot Fischer dan Yasuko Namba secara layak, yang gugur dari malapetaka ketika turun dari puncak Everest tahun lalu, ini sangat penting bagi saya. Saya tidak dapat menghindari malapetaka itu walaupun saya telah berusaha sekuat tenaga menghindari korban sekecil mungkin.
Dengan orang Indonesia saya melihat mereka percaya dengan kemampuan saya, dan juga saya memerlukan uang untuk hidup saya. Saya harap tim Indonesia ini bisa mengakui saya sebagai Trainer dan Pemimpin dalam tim pendakian ini. Saya juga mengakui, saya sangat tersinggung dengan apa yang di tulis oleh media di amerika tentang malapetaka tahun lalu.
Tanpa dukungan dari teman-teman di Eropa seperti Rolf Dujmovits dan Reinhold Messner, nama saya dimata masyarakat amerika sangat buruk. Setelah saya bertemu dengan organisator tim indonesia di Kathmandu, saya terbang ke Jakarta untuk berbicara dengan Jendral Prabowo, yang sebagai Kordinator Pendakian Nasional.
Saya mengatakan secara terus terang kepadanya, bahwa dengan keadaan seperti sekarang, keberhasilan mencapai puncak Everest (perkiraan saya) sangat minim. Saya mengatakan ke dia, barangkali hanya 30%, dan itu juga artinya hanya satu pendaki yang sampai ke puncak. Seterusnya saya terangkan kemungkinan jatuh korban juga 50%, 50%. Jadi dengan kemampuan pendaki Indonesia untuk mendaki Everest menurut saya tidak memadai.
Karena itu saya mengusulkan satu tahun penuh training mendaki gunung yang puncaknya tinggi secara perlahan beraklimitasi, dan usulan saya ditolak. Tradisi saya dalam olahraga selalu dengan memakai pikiran yang sehat, tidak memakai cara "Roulette Rusia".
Kematian seorang anggota ekspedisi, selalu pukulan yang berat yang menghancurkan keberhasilan mencapai puncak. Pada ketinggian lebih dari 8000m, keselamatan pendaki amatir juga menurun, termasuk juga orang yang fitness super. Saya tidak bisa menjamin keselamatan orang-orang yang berpengalaman sangat sedikit atau tidak sama sekali di gunung-gunung tertinggi di dunia ini.
Orang Indonesia bisa membeli dan mempelajari pengalaman saya, nasehat saya, dan tugas saya sebagai pemimpin pendakian dan tim penyelamat. Kalau mereka ingin ke puncak Everest, mereka harus menanggung sendiri kibat kesombongan mereka nanti, karena mereka sangat tidak berpengalaman. Jendral Prabowo meyakinkan saya, bahwa orang-orang mereka sangat bermotivasi dan mampu, mereka akan memberi jiwa mereka, untuk mencapai tujuan ini. Satu jawaban yang jujur dan juga membuat saya terkejut.
Saya merancang pekerjaan saya, agar pendaki Indonesia mendapat cukup kesempatan belajar dari pengalaman saya, tapi juga mereka harus belajar berdiri sendiri. Karena semua ini tergantung akhirnya dari kemampuan perorangan dan pertanggung jawaban sendiri saat di Everest ketika mau muncak nanti. Walaupun telah dipersiapkan semua sebelumnya, tetap saja berbahaya. Jendral Prabowo setuju, sebelum ekspedisi dimulai, tim pendaki harus berlatih dan menguatkan kondisi tubuh.
Saya tahu, bahwa kami membutuhkan para pelatih yang sangat menguasai dan berpengalaman dalam teknik dan pengalaman di gunung yang tinggi, yang nanti akan bekerja sebagai penasehat ketika berlatih dan aklimatisasi dan juga ketika muncak mereka juga bekerja sebagai tim penyelamat. Konsep dari tim penyelamat sangat penting bagi saya, karena itu saya tekankan dengan jelas. Saya juga tidak bersedia memberi garansi ke jendral Prabowo akan keberhasilan ekspedisi ini.
Saya juga tidak akan melanjuntukan ekspedisi ini, walaupun kami sudah dekat puncak, jika keselamatan tidak mengizinkan. Jendral Prabowo juga harus mengerti, dengan keadaan para pendaki ketika mau muncak dan keadaan cuaca yang mungkin saja membatalkan rencana menyerbu ke puncak Everest. Semua itu saya yang menentukan. Dia juga harus mengerti, di ketinggian 8000m juga tim penyelamat yang terbaik diduniapun, tidak bisa memberi garansi 100%.
Kalau hal yang tak diingini terjadi, saya bersedia berusaha menyelamatkan dengan resiko keselamatan saya. Itulah dasar perjanjian kami. Training program akan kami mulai dengan tepat waktunya. Di ambang musim dingin ini direncanakan pelatihan aklimatisasi di ketinggian 6000m dengan udara dingin dan angin. Kami akan berlatih; disiplin, mental dan stamina di cuaca yang berat, sesuai dengan tantangan di Everest nanti
Training program dimulai tanggal. 15 Desember 1996 di Nepal.

34 pendaki, orang sipil dengan beberapa pengalaman gunung, dan anggota tentara yang tidak ada pengalaman di gunung tapi sangat fit dan sangat disiplin, mereka ini semua sebagai anggota tim permulaan. Dari 34 orang ini akan disaring dan diambil yang paling mampu untuk pendakian nanti. Karakter penyaringan dilihat dari kesehatan, stamina, kemampuan, dan mental. Diwaktu ini para calon pendaki belajar teknik tali menali dan tangga menangga dan juga teknik dasar dari memanjat.
Ditahun lalu, komunikasi adalah masalah kami yang besar, dimana saya mengetahuinya setelah semua terlambat. Bukan hanya perbedaan bahasa membikin orang frustasi, juga tidak lengkapnya alat komunikasi. Sekarang ini, setiap anggota tim harus dilengkapi dengan alat komunikasi. Saya usulkan dari “base camp” selalu ada kontak langsung dengan pusat komunikasi di Kathmandu.
Kecuali itu saya menuntut untuk mendapatkan laporan cuaca dari setasiun meteorologi di lapangan terbang Kathmandu setiap hari. Dari semua ini karena ada bantuan militer, saya berterima kasih juga, karena kami juga dibantu oleh militer Nepal.
Perwira Ekspedisi kami Monty Sorongan yang bagus berbahasa inggris berfungsi sebagai penghubung antara gunung dan pusat komunikasi di Kathmandu. Dan bahasa dalam ekpedisi ini kami pergunakan bahasa Inggris. Semua ini untuk menghindari kesalahpahaman.

Untuk ekspedisi ini saya berhasil mendapatkan 2 orang Alpinist rusia yang sangat terkenal untuk bekerja sama dengan kami: Vladimir Bashkirov dan Dr. Evgeni Vinogradski.
Bashkirov yang berumur 45 tahun, berpengalaman selama 15 tahun sebagai pemandu ekpedisi di daerah yang sulit, dan mengenal jalur di Pamir dan Kaukasus, dan berhasil mendaki 6 gunung diatas 8000m, dua antaranya Mt.Everest, suatu keuntungan di mau berkerja sama dengan kami. Lain dengan saya, dia pendiam dan suka berdiplomasi dan juga pintar berbahasa inggris. Dia orangnya supel untuk berkomunikasi, juga menguntungkan untuk tim ekspedisi. Di Rusia dia terkenal sebagai kameraman petualangan dan produser film, nanti juga dia akan membikin film untuk ekpedisi Indonesia ini.
Dr. Evgeni Vinogradski, umurnya 50 tahun, 7 kali juara manjat di Rusia dan 25 tahun berpengalaman sebagai pelatih pada pendakian gunung yang tinggi dan dokter olahraga, yang akan melengkapi staf penasehat di ekpedisi ini. Evgeni dan saya di tahun 1989 bersama-sama telah melintasi Kanchenjunga, dia termasuk teman baik saya.
Untuk saya dia adalah "Garuda Tua", yang telah mendaki lebih dari 20 gunung yang berketinggian 7000m, dan 8 gunung yang berkentinggian lebih dari 8000m, termasuk 2 pendakian Everest, salah satu dari itu dia telah bekerja sebagai pimpinan pendakian.
Ang Tshering dari Asian Trekking di Kathmandu berfungsi bagian logistik dan juga untuk mencari Sherpa yang bakal bekerja dgn ekpedisi kami. Kami harus bersyukur, karena kami mendapatkan Sherpa Apa von Thami, 37th, 7x menaklukkan Everest, sebagai Sirdar (pemimpin Sherpa) dan First Climber Sherpa (Sherpa yang ikut muncak) untuk bekerja dengan kami. Sherpa berada dibawah komando Ang Tshering dan staf Indonesia. Pekerjaan mereka seperti biasa di basecamp dan juga mereka harus memasang tali pengaman di jalur diatas Breaking Ice (Eisbruch), menyiapkan highcamp dan logistik dan ikut menyertai dihari penyerbuan ke puncak, mereka harus mengirim tabung zat asam untuk tim yang muncak .
to be continue ke pendakian everest 2.

1 komentar:

  1. Slingo Deluxe Casino Bonus Code - JtmHub
    Sign up today to enjoy Slingo 구리 출장샵 Deluxe 경주 출장안마 Casino and 의왕 출장샵 get the latest bonus offers, promotions and offers! ➤ 영주 출장안마 Click here to claim your Slingo Deluxe 광주광역 출장마사지

    BalasHapus