Selasa, 15 Maret 2011

Pendakian Everest 3

lanjutan dari Pendakian Everest 2 

Setelah 2 hari istirahat di Base Camp, pada tanggal 26 Maret kami naik lagi ke Camp 1 (6000m) dan bermalam disana, dan pada tanggal 27 Maret langsung naik ke Camp 2 (6500m). Disitu kami bermalam 2 malam dan mendaki sampai ketinggian 6800m. Dan tanggal. 29 Maret kami turun lagi ke Base camp dimana kami 3 hari beristirahat. Ditahun ini semua anggota tim dan staf semua sehat walafiat. Aklimatisasi kami yang ke 3, mulai tanggal. 1 April. Kami mendaki langsung dalam waktu 8 jam ke Camp 2, dan bermalam disana 2 malam. Tanggal. 4 April kami mendaki sampai ke ketinggian 7000m, dan kembali lagi ke Camp 2 dimana kami beristirahat esoknya. Tanggal. 6 April kami menerjang langsung sampai ke Camp 3 (7300m). Sebelumnya Sherpa kami telah memasang tali pengaman yang menuju ke Camp 3. Tanggal 7 april kami beristirahat di camp III.
 
[foto, camp III salju yg menutupi tenda].
Sekarang ada masalah yang timbul dari struktur organisasi kami ini. Sherpa tidak berada dibawah komando saya. Tugas mereka hanya menolong di pekerjaan tertentu saja. Contohnya, masang tali, membangun Camp dan transport Logistik. Pekerjaan yang harus dikerjakan sebenarnya banyak, karena kami yang pertama di depan di jalur ini, dan tidak ada pertolongan dari Sherpa, mereka semua di belakang.
Pertolongan Sherpa tidak bisa mengimbangi kami tim pendaki yang selalu bergerak menuju ketempat yang lebih tinggi. Apa (pemimpin Sherpa) juga sedih melihat orang-orang dia yang tidak cukup memadai karena kurang kemampuan dan pengalaman, yang bisa mengakibatkan
tersendatnya pendakian ini.
Saya berencana dengan tim pendaki sambil melatih aklimatisasi aktif bermalam di saddel selatan (7900m) dan sampai di ketinggian 8200m mendaki. Dan juga saya akan merencanakan di ketinggian 8500m membuka HighCamp darurat disini. Untuk berjaga-jaga kalau turun nanti, kalau terjadi perubahan cuaca, dan juga biasanya disebabkan turun yang lambat, karena itu juga waktunya juga jadi terlambat, sehingga datang topan es dll. Karena Sherpa berontak dan menolak mengerjakan ini, maka rencana saya ini batal.

Sebagai kompromi saya membantu Apa memasang tali pengaman dari Camp 3 ke Yellow Band (Gelbend Band, lereng yang berwarna kuning) di ketinggian 7500m. Tanggal 8 April kami mendaki dengan 8 pendaki sampai di lereng kuning, dan turun kembali ke Camp 3. Kami bermalam disini dan 9 April kami turun sampai ke Base camp.
Sebenarnya terlihat sekarang perbedaan kondisi dan prestasi dari setiap pendaki, dimana ketinggian dan beratnya lapangan yang menyeleksi mereka sendiri secara alami. Dimana pendaki dari orang sipil motivasi mereka kurang dan tidak begitu berkonsentrasi dengan tujuan mereka dibandingkan dengan anggota Kopassus, dimana 3 dari anggota Kopassus ini walaupun dengan kekurangan mereka dengan pengalaman, sebagai calon yang terkuat untuk menyerbu puncak nanti.
Mereka ini bergerak dengan enteng dan tahan dengan ketinggian tanpa masalah. Dan ambisi mereka untuk sampai ke puncak tidak pernah padam. Diwaktu kami turun, saya melihat prestasi yang mengendor dari para pendaki, kecuali 3 orang Kopassus ini, melaksanakan turun gunung dari Camp 3 sampai ke Base camp tanpa kesulitan. Ketiga orang ini; Sersan Misirin 31th, Prajurit Asmujiono 25 th, Letnan Iwan Setiawan 29th.
Untuk menyerbu ke puncak nanti, saya akan membagi menjadi 3 grup, grup saya, Bashkirov, Vinogradski dengan setiap grup 1 orang pendaki Kopassus dan 1 Sherpa, dan juga Sherpa yang lainnya yang kuat dan sehat harus mendukung penyerbuan ini juga.
Pada tanggal. 9 April kami kembali ke Base Camp, dimana saya yakin sebelum penyerbuan ke puncak, istirahat di daerah yang rendah, sangat positiv bagi tim pendaki, karena itu saya suruh anggota tim untuk turun beristirahat selama satu minggu di perkampungan hutan Deboche (3770m).
Tidak ada yang lebih baik untuk tubuh dan jiwa manusia beristirahat di hutan yang lebat hijau dan kaya zat asam. Disini kami bisa menghindari dari kegiatan rutin yang selalu kami lihat di Base camp, sebab setelah 3 minggu latihan berat di atas es dan daerah yang menjemukan, maka tubuh dan jiwa tentu menjerit ingin rilek.
Perwira penghubung militer kami Kapten Rochadi saya tekankan bahwa kami membutuhkan di Camp 5 dua tenda, sepuluh botol zat asam, sleeping bag dan alas tidur. Saya harap dia dalam 7 hari selama kami tidak ada dengan Apa dan Sherpanya mentransport itu semua.
Pada tanggal 21 April tim datang ke Base Camp dari Deboche, dimana kami melakukan upacara dan berdoa. Orang Indonesia selalu ingat dengan Tuhan, mirip dengan para Sherpa yang setiap pagi memberi kurban untuk gunung. Saya respek dengan kepercayaan mereka.
Wajah-wajah dari pendaki dan seluruh anggota tim, ketika upacara dan berdoa sangat serius dan sangat berkonsentrasi. Dan sisa hari ini, para anggota menyiapkan diri untuk persiapan pendakian. Selama menunggu hari pendakian semua menunggu tegang, pada diri saya terasa ketenangan bermeditasi, tapi juga kegembiraan atas datangnya pendakian. [bawah, foto di camp II]
Saya tahu bahwa Camp 5 belum berdiri. Apa meyakinkan saya, ketika hari muncak, Camp itu akan selesai. Saya juga memohon dengan tim Rusia yang kebetulan beraklimatisasi di Camp 3, agar mereka menolong kami jika terjadi yang tak diingini. Dan di Camp 2 juga ada Sherpa dan tim lainnya yang akan menolong kami, jika keadaan berbahaya. Bashkirov, Vinogradski, Apa dan saya ketika muncak dilengkapi dengan alat komunikasi. Satu atau dua dari kami akan selalu menemani pendaki. Di Sadel Selatan dua Sherpa berjaga dengan alat komunikasi, kami juga ada hubungan komunikasi dengan tim Rusia di Camp 3, dengan orang kami di Camp 2 dan juga dengan Base Camp.
Kabar cuaca dari Kathmandu menggembirakan. Gangguan cuaca yang sebentar baru saja berlalu, dan 5 hari kedepan tampaknya aman untuk kami. Aman adalah relatif. Diatas ketinggian 8000m dengan cuaca yang bagus, jangan disangka tidak ada tantangan.
Pada tanggal 22 April tengah malam 3 orang Rusia dan 6 orang Indonesia dibawah sinar bulan berangkat dari Base Camp yang aman mendaki untuk muncak. Kami mendaki cepat sampai di Camp 2. Tim pendaki Indonesia juga cepat mendaki hanya membutuhkan waktu 6 jam sampai di Camp 2 tanpa masalah. Tanggal 23 April kami beristirahat di Camp 2 .
Tanggal 24 April sebagian dari pendaki dan Sherpa tinggal di Camp 2, Bashkirov, Vinogradski dan saya bersama Misin, Asmujiono dan Iwan mendaki ke Camp 3, tim kami kelihatan dapat berdiri sendiri dan stabil, kami juga kadang-kadang bercanda.
Pada tanggal 24 April ini, angin kencang di Sadel Selatan, tapi dari Kathmandu melalui Kapten Rochadi mengatakan angin kencang itu tidak begitu serius, diperkirakan dalam 2 hari angin kencang itu akan reda.
Saya memutuskan semua anggota tim pendaki tetap di Camp 3, dan Sherpa semua turun ke Camp 2 untuk mencari Apa yang telah berjanji untuk membereskan Camp Darurat, tapi sekarang belum beres juga.[ foto: menuju camp III].
Pada tanggal 24 April ini kami beristirahat, dan tanggal 25 April tim kami mencapai Sadel Selatan antara jam 15.00 dan jam 17.00. Pendaki Indonesia telah melalui jalur ini tanpa tabung zat asam tambahan dan tanpa masalah. Keadaan mereka sangat bagus, kerja sama mereka berfungsi, dan bermotivasi tinggi.
Jalur terakhir menuju puncak, setiap pendaki Indonesia harus membawa 2 tabung zat asam, dengan teratur 2 liter per menit menggunakannya. Dan Sherpa yang juga menggunakan tabung zat asam, harus membawa 3 tabung zat asam ekstra untuk setiap orang tim pendaki.
Karena kami ekspedisi yang pertama tahun ini, kami tahu melewati jalur ini membutuhkan banyak tenaga, karena salju sampai setinggi paha sebab sudah lama tidak dilewati orang, dan juga di ketinggian 8100 sampai 8600m salju masih saja setinggi dengkul. Dan juga kami harus memasang tali pengaman sendiri.
Untuk pendakian kali ini saya menggunakan tabung zat asam, sebab setelah terjadi kecelakaan dengan Bus, saya tidak mengetahui daya tahan badan saya. Jadi untuk menjaga keselamatan saya dan keselamatan orang yang saya jaga ini, saya harus menggunakan tabung zat asam.
Dan juga banyak perubahan keadaan di jalur yang akan kami lalui, ketika kami sampai di Sadel Selatan.
Seluruh jalur yang akan kami lalui, masih penuh dengan salju yang tingginya setengah meter sampai satu meter. Dan juga Sherpa yang masih fit hanya 8 orang. Camp Darurat masih harus dibangun. Saya tidak bisa memaksa Sherpa yang dengan beban berat di punggungnya, untuk cepat mendaki keatas membangun Camp Darurat itu. Kalau saya tetap menuntut mereka melakukan itu, dengan iklim diatas seperti ini, berarti saya ini orang yang sangat kejam.
Jadi kami punya 8 Sherpa, sekarang hanya Apa dan Dawa yang akan ikut naik sampai ke puncak, bersamaan dengan itu Sherpa yang lainnya nanti harus membawa logistik ke Camp Darurat (8500m). Apa kembali berjanji dengan saya, "Bereslah itu semua, jangan khawatirlah".
Bashkirov, Vinogradski dan saya mengetahui bahwa tabung zat asam hanya pas-pas-an, yang berarti nanti dalam keadaan darurat, kami harus tanpa tabung zat asam dalam pendakian. Satu tabung zat asam cukup untuk 6 jam kalau orang menyetel 2 L /menit, tapi jarang di setel segitu.
Kalau kami setel 1L /menit, maka persediaan akan dua kali lipat. Peralatan yang akan diangkut keatas juga banyak, didepan kami sedang menunggu kerja yang berat sekali.
Tanggal. 26 April ditengah malam kami mulai mendaki keatas dari Sadel Selatan. Saya menggunakan tabung zat asam 1 L /menit, saya selalu paling depan, jalan perlahan dan sulit.
Vinogradski dan Bashkirov menghemat tenaga mereka dan mengikuti di belakang bersama-sama dengan Kopassus. Diketinggian 8300m kami merasakan, kecepatan kami seperti ditahun yang lalu. Saya di depan dan Apa dibelakang saya. Tapi tim sedikit lambat.
Saya mendaki terus melalui ketinggian 8600m. Setelah 9 jam melalui salju setinggi paha, saya mencapai dengan susah payah Puncak Selatan. Dibawah saya, Apa mengamankan jalan yang terjal di ketinggian antara 8600m sampai 8700m hampir mencapai Puncak Selatan.
Jam 11.00 seluruh tim mencapai Puncak Selatan.
Kami mengadakan evaluasi, dan Apa menganjurkan, saya terus mendaki sampai puncak dan melihat keadaan. Okay, kata saya dan ketika saya menanyakan tali ke dia, dia menjawab, bahwa kami tidak mempunyai tali lagi. Saya kecewa dengan Apa, masak di ketinggian segini saya harus mencari tali bekas yang tertimbun dibawah salju, dan nantinya akan saya sambung-sambung sebagai tali pengaman untuk tim ini, sebanyak itu tenaga saya juga tidak.
Dan Apa mengaku, dia menggunakan tali terakhir yang panjangnya 100m, untuk mengamankan jalur yang sebenarnya tidak perlu di amankan, saya sulit mengerti dengan tindakan dia ini.
Disini salju sangat tebal, jadi tempat bahaya menganga yang tidak terlihat, jadi bahaya sekali.Apa menawarkan diri, untuk turun dan mengambil tali. Tapi sekarang faktor waktu yang harus dipikirkan. Waktu berjalan terus, kami harus terus mendaki atau turun.
Apa yang merasa bersalah, karena kelalaian dia, yang bisa mengakibatkan ekspedisi ini gagal, ingin membetulkan kesalahannya kembali. Dia pergi kedepan dan mengamankan jalur kami dengan sisa tali yang terachir panjangnya 40m dan tali tua, bekas tali ekspedisi-ekspedisi sebelumnya dahulu. Selama itu kami istirahat, saya merasakan tenaga saya datang kembali. [ foto,   Iwan Setiawan di South Summit 8500m sedang menyaksikan Misirin & Asmujiono di Hillary Step 8700m]
Ketika Dawa menyusul kami, kami mendapat berita, bahwa di ketinggian 8500m sudah berdiri satu Kemah dan persediaan tabung zat asam untuk kami. Apa telah memasang tali pengaman yang terpisah-pisah sampai diatas akhir Hillary Step. Yeah! tim kami semua fit. Jam waktu 12:30 ketika Apa meliwati Hillary Step. Cuaca top. Camp Darurat beres. Bashkirov, Vinogradski dan saya memutuskan walaupun kami sangat terlambat, yang kami perkirakan sekitar jam 15:00 sampai di puncak.
..... bersambung ke Pendakian Everest 4 [akhir].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar